March 24, 2014

Let it Go. Let it Flow.


Akhir-akhir ini saya semakin merasakan adanya perubahan pada diri saya. Kalau diingat-ingat, mungkin ini berawal dari situasi kesendirian saya.

Saat dimana teman-teman dekat saya mendapatkan lebih-banyak-spasi dari saya.

Saat dimana salah satu orang yang pernah saya sayangi akhirnya pergi.

Semua yang terjadi adalah situasi baru buat saya. Mengajarkan saya bagaimana menghadapi dan menyikapinya. Awal terjadinya transisi, saya merasakan
...mental-breakdown.

Dapat dikatakan bahwa saya adalah orang yang perasa, yang segala sesuatunya di masukan ke hati. Dari tiap-tiap kejadian itu mengajarkan saya untuk lebih bisa mengontrol segala emosi dari penyakit hati. Terkadang memang segala sesuatu yang kita gundahkan, belum tentu benar terjadi. Semua bisa saja hanyalah prasangka. Maka dari itu, hidup ini akan nyaman bila berprasangka baik.




Dari situasi-situasi yang tidak nyaman itu, saya lebih meneguhkan hati untuk lebih berani menjalankan segala sesuatunya tanpa berketergantungan orang lain. Saya yang dulu adalah seorang Ervi yang pemalu dan penakut. Parah. Saya tidak berani bertanya dan berpendapat tanpa adanya rasa ragu dan malu. Saat presentasi, sering kali suara saya tidak terdengar, mata saya lebih banyak menunduk, melihat teks, tidak berani menatap audien, walaupun itu mereka-mereka yang saya hadapi adalah teman-teman sekelas saya, yang sudah hampir 3 tahun ini bersama-sama menuntut ilmu di salah satu universitas di Depok. Saat ingin melakukan sesuatu, saya selalu dirundung rasa malu, ragu dan banyak pertimbangan. Semua itu sungguh menghambat saya. Namun, setelah banyak kejadian-kejadian belakangan ini dalam hidup saya, saya mampu mengurangi kekurangan-kekurangan saya itu. Merasa diri saya yang sekarang adalah diri saya yang lebih berani. Bukan berarti kekurangan itu menghilang begitu saja ya, bertahap insyaallah. Saya lebih membulatkan hati untuk menatap tegak dunia yang akan saya hadapi, bukan tertunduk malu tanpa alasan yang jelas. Meyakinkan diri. Dengan kedua kaki saya, saya mampu melakukan segalanya. Tanpa harus selalu ditemani.



Kini saya lebih berani untuk bertanya atas inisiatif sendiri tanpa meminta pertimbangan teman. Dan saya merasa perbendaharaan kata-kata saya lebih tertata dan jelas dari pada sebelumnya. Saya merasa diri saya yang sekarang lebih kuat dari pada diri saya yang dulu. Namun semua itu belum cukup, saya masih belum sepenuhnya menang dari kelemahan saya itu.

Semua yang terjadi pada diri saya, membentuk saya menjadi karakter yang cukup berbeda. Mudah-mudahan kedepannya akan lebih positif. Tidak lepas rasa terimakasih saya untuk orang-orang di sekeliling saya. Baik buruknya membuat saya banyak belajar. Karenanya, saya merasakan jatuh dan bangkit yang menjadi pengalaman berharga dan bekalku untuk dimasa depan kelak. Juga tak luput dari dukungan keluarga, saudara, dan teman-teman dekat saya.
Terimakasih tak terhingga :)


XOXO,


0 COMMENTS:

Post a Comment